Reader Mode

Kisah yang aneh ( Sri Asih)

Leny Marlyna  | 01 Ags 2023  | 72 views  |

Kisah yang aneh ( Sri Asih)

by User Name
5 minutes

Kisah yang aneh

Ada seorang pelukis di suatu desa yg sejuk nan indah dengan rumah mewah dikelilingi sawah-sawah dan pohon-pohon yg berjajar, bernama Satria. Disetiap paginya, ia hanya duduk di teras atas sambil menikmati udara yg membuatnya tenang dan membuatnya kembali melukis. Dia selalu melukis wajah seorang wanita dengan paras yang menurut dia sederhana namun terlihat cantik.Mayang, wajahnya selalu dilukis oleh Satria. Mayang adalah sosok wanita dalam mimpinya yang sampai sekarang masih Satria dambakan. Dengan uletnya, dia selalu melukis wajahnya dan membayangkan banyak hal-hal yang menurutnya indah. 

    Satria memiliki bentuk tubuh yang besar dan tinggi dengan bola mata berwarna hitam kecoklatan dan kulit sedikit putih. Warna rambutnya bagaikan tinta pulpen.Dia anak dari orang punya. Namun, ia selalu berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang ia mau. Termasuk untuk mendapatkan Mayang. Mungkin mayang hanya wanita fiksinya tapi ia ingin sekali wanita yg mirip dengan sosok Mayang. Pada suatu ketika, dia sedang melukis terlihat seorang wanita dari samping rumahnya. Dia bertanya dalam hatinya 

"Siapakah wanita itu?"

Dia langsung berlari dan melihat wanita itu dari teras atas rumahnya. Dia terus memperhatikan wanita itu, setelah beberapa detik kemudian wanita itu memasuki rumahnya. Lalu, dia segera berlari menemui ibunya.

" Mah, siapa wanita yang tinggal di rumah sebelah?" , tanyanya dengan penuh gairah.

" Rumah yang mana, masa kamu tidak kenal?", jawab ibunya singkat.

" Itu rumah yang sederhana disebelah sana yang cat rumahnya putih abu.", jawabnya.

" Oh,,,, itu Senja.", jawab ibunya singkat.

Satria itupun hanya terdiam seperti memikirkan sesuatu. Ibunya pun pergi. Satria duduk, lalu memikirkan siapa itu Senja. Mengapa dia tidak mengetahui Senja. .....

Tiba-tiba dia teringat dengan Mayang. Dia langsung ke teras atas dan mulai melukis kembali. Seperti biasanya, dia hanya melukis wajah Mayang. 

" Hey, Satria!!" teriak Senja dari bawah rumahnya.

" Senja, ya?" tanya dia singkat.

" Iya, betul. Coba turun" sahut Senja.

Satriapun menghampirinya, mereka berdua duduk di halaman rumahnya. Pada saat itu, Senja bercerita banyak padanya. Dia menceritakan masa kecilnya. Ternyata, Satria baru sadar Senja itu teman terdekatnya saat kecil. Hanya saja dia lupa karena dari usia kecilnya dulu, dia disekolahkan ke kota oleh orang tuanya. Waktu terus berjalan, 3 jam terasa 3 menit. Mungkinkah ada sesuatu diantara mereka?

" Oh, ya Senja kamu sudah besar ya"

" Iya kita sama-sama sudah besar"

" Kamu itu mirip Mayang"ujar Satria.

" Mayang? Kekasihmukah?"

Satria tidak bisa menjelaskan apa-apa dia hanya tersenyum. 

" Oh, iya. Dengar-dengar kamu suka menari ya?"tanya Satria.

" Kata siapa?Kok kamu tahu!

" Dulu sajakan kamu suka menari. Mungkin sekarang?"

" Iya aku masih suka menari. Emang kenapa?"

" Aku punya teman. Dia sutradara film. Kebetulan film yang sekarang peran utamanya penari! Apa kamu minat?"

" Ah tidak mungkin, aku hanya penari biasa."

" Mungkin saja, kita lihat nanti"

Senjapun pulang ke rumahnya dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ia sadari pipinya yang bulat bagai tomat mulai memerah. Senyumpun datang seiring dengan hal-hal yang ia ingat. 

Keesokan harinya tepat pukul 07.00 Satria menjemput Senja. Tiba-tiba Senja terkejut, ada apa Satria kesini. Mungkin ada yang lebih penting dari sarapan pagi?

" Ada apa pagi-pagi ke rumah?" 

" Saya mau ajak kamu ke tempat film itu, yang kemarin sire kita obrolin."

" Mungkinkah saya bisa?"

" Apa yang tidak mungkin si di dunia?"

" Tapi kan...."

" Stttt,,,,sudah ayo naik"

Merekapun pergi bersama menaiki motor milik Satria. Senja merasa dirinya tidak bisa bernafas. Bibirnya terus melebar dan matanya tudak berkedip. Satu jam tibalah mereka, merekapun memasuki ruangan seperti gedung aula yang besar dan meminta undian. Senja begitu tak bisa tenang, dia khawatir kalo-kalo dia tidak berhasil. Tetapi, saat itu Satria tersenyum-senyum melihat ke atas. Apasi yang bisa buat Satria senyum selain Mayang. Setelah beberapa menit kemudian, Senja dipanggil untuk mengikuti seleksinya. Satria sudah berharap lebih pada saat itu. Ternyata, Senja berhasil lolos. Senja sudah boleh latihan mulai besok. 

  Saat pagi tiba, latihan pertama dimulai. Latihan pertama ini masih aman-aman saja. Satria begitu kagum melihat Senja menari. Dia berjalan cepat menunu tempat istirahat. Dia memulai melukis kembali. Dan tak heran lagi, dia melukis Mayang.Segitu berharganya ya?Satria tersenyum dan merasa dirinya salting ketika melukis wajah Mayang. Apalagi saat Mayang menari, matanya takkan bisa berkedip. Dilanjut ke latihan selanjutnya, saat itu Senja sedang tidak konsentrasi. Satrua yang sedang mencoba  melukis Senja, melihat Senja tidak sesuai dan tidak benar latihannya dia langsung marah dan mengamuk. Hingga saat itu dia memarahi Senja dengan sebutan kamu tidak bisa menjadi Mayang. Tidak ada yang mengalahkan Mayang. Tetapi saat itu amarahnya berhenti ketika mendengan Senja berkata aku tidak tahu Mayang. Aku bukan Mayang. 

Dari situ Satria sadar bahwa dirinya telah terobsesi dengan sosok Mayang. Tapi setelah itu, dia sadar Mayang adalah Senja dan Senja adalah Mayang. Akhirnya, Satria menenangkan Senja kembali. Dan mereka beristirahat di depan taman kecil. Seiring waktu, Satria mengungkapkan seluruh isi hatinya. Satria sadar Senja adalah cinta sejatinya. Sosok Mayang adalah cerminan dari Senja. Dari situ, Senja pun menerima Satria sebagai pendamping hidupnya. Mereka menjalin hubungan tidak begitu lama, mereka langsung menikah. Dan beberapa tahun mereka mempunyai anak diberi nama Mayang.

(Sri Asih, XI mipa 1)